KabarBetawi, Rawa Belong – Dua puluh dua Juni lalu ialah hari ulang tahun DKI Jakarta. Kota yang disebut orang-orang sebagai ‘kota metropolitan’ itu sudah berusia 497 tahun.
Acara demi acara pun diselenggarakan untuk memeriahkan peringatan hari ulang tahun (HUT) Jakarta, seperti Jakarta Light Festival, Pekan Raya Jakarta (PRJ), dan Jakarta Night Carnaval.
Bicara tentang Kota Jakarta tentu saja ada kaitannya dengan suku Betawi. Itu disebabkan suku tersebut merupakan penduduk asli Ibu Kota. Melansir laman resmi Pemerintah Kota Jakarta Selatan, suku Betawi terbentuk abad ke-17 yang merupakan hasil dari campuran beberapa suku bangsa, seperti Bali, Sumatra, Tiongkok, Arab, dan Portugis.
Banyak silang pendapat tentang asal-usul Betawi. Ada yang mengatakan Betawi merupakan penduduk Nusa Jawa, ada pula yang bilang nama Betawi kemungkinan berasal dari nama pepohonan.
Namun, secara garis besar, pembahasan ini bukan menyelisik tentang asal-usul suku Betawi, melainkan tentang pemaknaan beberapa jurus yang terdapat pada pencak silat asal Betawi, yakni silat cingkrik dari Rawa Belong, Jakarta Barat.
Silat cingkrik ialah salah satu pencak silat di Indonesia yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) pada 2019 di Kolombia. Konon, nama cingkrik berasal dari kata jingkrak-jingkrik.
Hal itu bisa dilihat dari gerakan-gerakan jurusnya yang menyerupai seperti orang yang sedang berjingkrak (melompat-lompat). Asal-usul silat tersebut memiliki beberapa versi. Ada yang bilang berasal dari seorang perempuan, ada juga yang berpendapat bahwa cingkrik berasal dari seekor kera.
Penamaan Jurus Cingkrik
Silat cingkrik sendiri memiliki 12 jurus, di antaranya ialah keset bacok gedor, lenggang, dan macan. Nah, dari sebagian jurus itulah yang ingin saya coba jabarkan pemaknaannya. Pertama, keset bacok gedor. Jurus kedua dalam silat cingkrik itu ialah gabungan dari tiga gerakan.
Dinamakan keset bacok gedor karena gerakannya seperti seseorang yang sedang membeset secara paksa lengan kiri atau kanan disusul dengan gerakan membacok dan menggedor. Kata keset sendiri diambil dari kata ‘beset’, yakni terkupas atau terkelupas. Dalam KBBI, kata tersebut memiliki turunan kata, yakni membeset, artinya menarik kulit supaya terkelupas; menguliti. Hal itu sesuai penggambaran pada jurusnya, yakni menarik tangan secara paksa.
Adapun jurus lenggang, dalam KBBI, memiliki arti gerakan tangan terayun-ayun. Pada praktiknya pun jurus tersebut memang seperti seseorang yang sedang menari. Tangan dan badan melenggang ke kanan-kiri serta ditambah gerakan menyesar ke depan. Dari jurus itulah sebagian orang mengatakan gerakan silat cingkrik seperti orang yang sedang menari. Apalagi jika si pesilatnya sangat lihai dalam menggerakkan tubuh.
Terakhir, jurus macan. Jurus kesembilan dalam silat cingkrik itu merupakan salah satu jurus yang namanya diambil dari nama hewan. Dalam praktiknya, jurus macan ialah gerakan memukul area tubuh lawan dengan berulang-ulang dan dibantu dengan pergerakan badan yang congdong ke depan dan belakang. Selain itu, tangan pesilat selama menjalani jurus macan harus mengepal layaknya kaki-kaki seekor macan. Hal itulah mengapa jurus tersebut dinamakan jurus macan.
Jadi, bisa dikatakan bahwa pemerolehan nama-nama jurus diambil dari bentuk gerakan yang ada pada setiap jurus. Bentuk gerakan itulah yang dijadikan sebagai lambang untuk memperoleh sebuah nama.
Hal itu berkaitan dengan sifat bahasa: bahasa adalah lambang. Semua lambang bunyi yang memiliki atau menyatakan suatu makna atau konsep dapat disebut sebagai lambang ujaran. Karena itu, jurus-jurus di atas merupakan wujud nyata dari lambang ujaran karena memiliki makna.
Penulis: Ahmad Tarmidzi, anggota Forum Jurnalis Betawi
*Tulisan ini pernah dimuat di Media Indonesia.