Kabarbetawi.id, Jakarta – Sejarah tidak sekadar catatan masa lalu, melainkan fondasi bagi kebudayaan untuk tetap hidup di masa depan. Pandangan itu mengemuka dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema “Menggali Jejak Sejarah dan Kiprah Permata MHT dari Kearifan Lokal Menuju Kota Global” yang digelar Permata MHT di Hotel Mega Anggrek, Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (30/9/2025).
Kepala Bidang Pembinaan Kebudayaan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Puspla Dirdjaja, menegaskan pentingnya sejarah dalam kebudayaan. “Kebudayaan itu bukan hanya tarian, musik, silat, atau kuliner. Sejarah merupakan bagian yang sangat penting dari kebudayaan,” ujarnya. Ia pun mendukung penuh upaya Permata MHT mendokumentasikan perjalanan organisasi sebagai warisan berharga bagi generasi mendatang.

Sejarah pendirian organisasi dipaparkan oleh salah satu pendiri, Prof. Dr. Hasbullah Thabrany, MPH, DrPH. Ia menjelaskan bahwa Permata MHT dideklarasikan pada 22 Januari 1976 di rumah Habibullah Halim, Jalan Balikpapan, Jakarta Pusat. Organisasi ini hadir sebagai wadah aspirasi masyarakat Betawi untuk menyuarakan kepentingan, memperkuat persatuan, dan melestarikan budaya di tengah arus perubahan Jakarta. Nama Permata MHT dipilih sebagai bentuk penghormatan kepada pahlawan nasional Mohammad Husni Thamrin.
“Kehadiran Permata MHT bukan hanya simbol kebersamaan, tetapi juga tonggak lahirnya organisasi Betawi lain, termasuk Bamus Betawi,” tegas Hasbullah.

Kisah personal turut dibagikan oleh Beky Mardani, Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB). Ia mengenang masa awal kuliahnya di Universitas Indonesia tahun 1985, ketika merasa asing sebagai mahasiswa Betawi di kampus Depok. Semangatnya bangkit setelah menemukan perkumpulan mahasiswa Betawi di Gang Langgar, Cawang, yang diisi banyak alumni UI. “Dari sinilah saya mengetahui bahwa anak-anak Betawi, termasuk para alumni UI, punya peran besar dalam melahirkan Permata MHT,” kata Beky.
Diskusi yang berlangsung hangat ini dipandu oleh Yusron Sjarief, mantan jurnalis televisi, dan menghadirkan sejumlah pembahas, antara lain Aminudin Mansyur (tokoh senior Permata MHT), Fikri Isnaeni Djabir (putra almarhum Djabir Fadhil, pendiri Permata MHT), Achsin Fathoni (putra almarhum Syarif Mustafa, mantan Ketua Umum DPP Permata MHT), H. Supli Ali (Sekjen Permata MHT), serta H. Hamzah (Bendahara Umum Permata MHT).

Kegiatan dibuka oleh Ketua Harian Permata MHT, HM Nuh, yang menyatakan dukungan penuh atas penyusunan buku sejarah. “Buku ini kita buat dalam rangka menyambut 50 tahun Permata MHT, dan sebagai catatan dokumentasi untuk generasi yang akan datang,” ujarnya.
Acara ditutup oleh Ketua DPP Permata MHT, Dr. Marullah Matali, LC., M.Ag, yang hadir di pertengahan forum. “Saya berterima kasih kepada seluruh pengurus Permata MHT yang telah menyelenggarakan FGD ini. Semoga buku sejarah Permata MHT dapat diselesaikan dengan baik. Kepada penulis saya berpesan, tulislah sesuai apa adanya dari para narasumber. Ke depan, kita juga akan membahas diaspora anak Betawi,” pungkasnya.(hel)