Kabarbetawi.id, Medan – Delegasi organisasi Kemasyarakatan Persatuan Masyarakat Jakarta Mohammad Husni Thamrin (DPP Permata MHT), melakukan kunjungan muhibah ke Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut), Medan, pada Selasa (7/10/2025).
Rombongan yang berjumlah sekitar 20 orang ini diterima langsung oleh Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemprov Sumut, Basarin Yunus Tanjung, di kantor Gubernur Sumatera Utara sekitar pukul 16.00 WIB.
Para pengurus yang hadir antara lain H. Muhammad Nuh, H.Fatahillah, S.H, M.H, M.M, H.Supli Ali, H.Beky Mardani, H.Hamzah, H.Naman Setiawan, Ahmad Ya’ala, H.Mari’e Marzuki, Yusron Syarif, Helmi, H.Ardiya Rezki MF, Komaria, Hj. Muniawati Muit, Hj. Nonon MS, Hj.Yusneini, serta yang lainnya.

Dalam sambutannya, Ketua Harian Permata MHT, HM Nuh, memperkenalkan latar belakang dan kiprah organisasi yang telah berdiri hampir setengah abad itu.
“Permata MHT adalah organisasi persatuan masyarakat Jakarta yang didirikan pada tahun 1976. Kami bersifat independen, tidak berafiliasi politik, dan fokus pada kegiatan seni budaya Betawi, sosial, serta keagamaan,” ujar HM Nuh. Ketua I Permata MHT, H Beky Mardani, dalam kesempatan yang sama turut menyoroti pentingnya peran lembaga adat di tengah masyarakat. Ia menilai, Sumatera Utara memiliki sistem adat yang kuat dan dapat menjadi contoh bagi penguatan nilai-nilai sosial budaya di Jakarta. “Sekarang ini Jakarta sudah tidak lagi menjadi ibu kota, untuk itu kita perlu belajar tentang lembaga adat yang ada di bumi Melayu ini, kedepannya masyarakat Betawi harus mempunyai lembaga adat juga,” jelas H Beky.
Sementara itu, Dewan Pembina Permata MHT, H.Fatahillah, S.H, M.H,M.M menegaskan bahwa kunjungan muhibah ini bertujuan sebagai sarana belajar lintas daerah.
“Kami datang untuk studi banding, ingin melihat bagaimana ormas dan lembaga adat di Sumatera Utara berperan aktif dalam menjaga harmoni sosial dan kebudayaan,” jelasnya.

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menyambut hangat kunjungan muhibah Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Masyarakat Jakarta Mohammad Husni Thamrin (DPP Permata MHT)
Dalam sambutannya, Basarin mengapresiasi langkah Permata MHT yang datang untuk bersilaturahmi dan belajar dari ormas-ormas serta lembaga adat di Sumatera Utara. Menurutnya, inisiatif tersebut merupakan bentuk nyata dari semangat kebersamaan lintas daerah.
“Saya dulu juga pernah sekolah di Jakarta. Yang saya ingat, orang Betawi itu terkenal dengan tanahnya yang luas dan kental dengan tradisi gotong royong. Di sini, di Sumatera Utara, kami juga memiliki masyarakat Melayu yang pada masa lalu dikenal sebagai pemilik tanah dan penjaga adat. Jadi sebenarnya ada kesamaan nilai antara Betawi dan Melayu,” ujar Basarin dalam sambutannya.
Basarin kemudian menggambarkan kondisi geografis dan sosial Sumatera Utara yang sangat beragam, baik dari segi etnis, budaya, maupun wilayah administrasi. Ia menjelaskan bahwa provinsi ini memiliki panjang jalan provinsi lebih dari 3.000 kilometer, dengan 33 kabupaten/kota yang terdiri atas delapan kota dan 25 kabupaten.
“Kalau kita hitung biaya pembangunan jalan provinsi saja, bisa mencapai puluhan triliun rupiah. Namun tantangan terbesarnya bukan hanya soal infrastruktur, tapi bagaimana menjaga keharmonisan sosial dan stabilitas daerah di tengah keberagaman etnis,” tuturnya.
Basarin juga menekankan bahwa masyarakat Sumatera Utara hidup berdampingan dalam pluralitas yang kuat. Berdasarkan data demografi terkini, komposisi penduduk Kota Medan terdiri dari suku Batak sebesar 34,39%, Jawa 33,03%, Tionghoa 10,65%, Minangkabau 8,60%, serta kelompok suku lain seperti Melayu, India, Aceh, kemungkinan juga terdapat suku Betawi sekitar 13,33%.

“Keragaman inilah yang menjadi kekuatan Sumatera Utara. Kami bersyukur karena hingga kini situasi politik dan sosial tetap stabil. Bahkan di tengah dinamika nasional, Sumut tetap adem dan kondusif,” katanya.
Basarin berharap kunjungan muhibah Permata MHT dapat mempererat hubungan antar daerah, khususnya dalam bidang kebudayaan dan kemasyarakatan. Ia juga mengundang rombongan untuk melihat langsung kekayaan budaya Sumatera Utara, seperti kawasan Istana Maimun, Masjid Raya Al Mashun, hingga Danau Toba sebagai ikon wisata budaya dunia.
“Kami justru merasa perlu banyak belajar dari Bapak-Ibu semua. Betawi dan Melayu punya akar sejarah yang sama dalam menjaga nilai adat dan harmoni sosial. Mudah-mudahan kunjungan ini menjadi langkah awal untuk kolaborasi budaya yang lebih luas,” tutup Basarin