Kabarbetawi.id, Jakarta – Kawasan Rawa Belong, Jakarta Barat, menyimpan kisah panjang perjalanan waktu yang menarik, terutama sebagai kampung warga Betawi. Sejak dahulu, Rawa Belong dikenal sebagai salah satu pusat perniagaan sekaligus tempat berkumpulnya para jawara silat dari berbagai wilayah, ini semua karena letak Rawa Belong yang sangat strategis.
Rawa Belong, Pusat Perniagaan Sejak Dulu
Menurut penuturan H.Aminuddin Mansyur (75), tokoh masyarakat Betawi Rawa Belong, salah satu pendiri ormas Persatuan Masyarakat Jakarta Mohammad Husni Thamrin (Permata MHT), saat ini beliau menjadi Dewan Pembinanya. Ia mengatakan, Rawa Belong di era 1950-an memiliki denyut kehidupan yang khas.

“Dulu di pertigaan lampu merah Rawa Belong ada pangkalan dokar atau sado, kalo sekarang delman. Bahkan ada tukang servis sepatu kudanya disitu. Ada los pasar kecil tapi lengkap, ada sayur, buah, daging, beras, telor dan yang lainnya, pedagangnya datang dari berbagai wilayah, dengan alat transportasinya sado, selain itu ada juga pedagang etnis keturunan yang sudah membaur dengan masyarakat Betawi sekitar. Hingga kini generasinya masih ada dan mempunyai toko yang sudah modern bernama Toko Lesmana,” kenang H. Uddin, yang kini tinggal di Pondok Pinang, Jakarta Selatan, Rabu (9/7/2025).
Pangkalan Dokar dan Silat Cingkrik
Ia menambahkan, sembari menunggu penumpang, para kusir sado kerap memamerkan jurus-jurus silat. “Kalau istilah sekarang, mungkin ngelancarin jurus maen pukulnya. Saya paling seneng liatnya, rumah saya kan persis di depannya. Sekarang sudah jadi toko plastik samping lampu merah pertigaan Rawa Belong,” jelasnya.
Dari Derap Kuda ke Showroom Mobil Mewah
Kini suasana itu telah berubah. Derap kaki kuda dan riuh pasar tradisional berganti dengan modernisasi. Di dekat area bekas pangkalan sado kini sudah berdiri showroom mobil mewah bermerk BYD (Build Your Dreams) menandai wajah baru Rawa Belong yang kian modern.

“Gema” Tempat Hiburan Warga Rawa Belong
Tak jauh dari sana, berdiri sebuah kafe bernama Roti Romi, yang dulu merupakan gedung bioskop misbar Gema Masa Film. Tempat itu dulunya menjadi ajang berkumpulnya para seniman film. “Banyak seniman ngumpul di situ buat dubbing. Kita bisa ketemu mereka, sambil nonton bioskop misbarnya setelah kita membeli karcis terlebih dahulu,” tutur H.Uddin.
Bagi warga lama di Rawa Belong, menyebut Gema sudah menjadi hal yang akrab. Nama itu diambil dari singkatan Gema Masa Film. “Kalau orang Betawi Rawa Belong bilang mau ke Gema, pasti yang dimaksud bioskop itu. Jadi seakan-akan jadi penanda kawasan Rawa Belong waktu itu, bahkan sampe sekarang masih ada yang menyebut tempat itu Gema, padahal disitu sudah berdiri sebuah cafe 24 jam dengan nama Tengah atau Roti Romi,” jelas H.Uddin.
Jejak Keluarga Betawi Asli
H.Aminuddin Mansyur, lahir dan besar di Rawa Belong dari keluarga Betawi asli. Ayahnya, yang dikenal sebagai salah satu tokoh masyarakat, pernah menjabat sebagai wakil lurah Palmerah. Latar belakang keluarganya membuat H.Aminuddin tumbuh dekat dengan kehidupan masyarakat Betawi setempat.
Pendidikan yang Langka bagi Anak Betawi
Ia menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi di sebuah kampus kawasan Grogol, Jakarta Barat, sesuatu yang jarang dilakukan anak Betawi di masanya. “Waktu itu bisa dihitung dengan jari anak Betawi yang kuliah di kampus tersebut. Bukan karena nggak mampu, tapi rata-rata orang tua jaman dulu lebih memilih sekolah pendidikan agama, seperti pondok pesantren atau kampus UIN,” ungkapnya.
Harapan agar Budaya Betawi Tetap Terjaga
Meski modernisasi tak terbendung, H.Uddin berpesan agar identitas budaya Betawi di Rawa Belong tetap terjaga. “Sekarang Rawa Belong masih dikenal sebagai pusat bunga dan tanaman hias, meski pedagang Betawinya sudah jarang. Kuliner nasi uduk dan bubur ayam masih ada, dikelola generasi kedua. Budaya silat cingkrik juga masih terjaga lewat Sanggar Si Pitung dan Sanggar S3. Semoga tradisi ini bisa terus dipelihara,” pungkasnya.
Sebagai catatan, H Aminuddin Mansyur merupakan pegawai ASN yang bertugas di Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan, dan pensiun pada tahun 2012 atau tepatnya 13 tahun silam.
Sebetulnya masih banyak yang ia ceritakan soal Rawa Belong, antara lain, awal pedagang bunga yang berada di pertigaan lampu merah Rawa Belong, sebelum di pindahkan ke Jalan Sulaiman, dulu namanya Gg Limo, sementara Jalan Yusuf namanya Gg Arab, lalu Jalan Adam namanya Gg Pengulu, namun keterbatasan waktu yang harus menyudahi perbincangan ini.(hel)