Kabarbetawi.id, Jakarta – Setelah Jakarta resmi tidak lagi berstatus sebagai ibu kota negara, berbagai elemen masyarakat Betawi mulai menata langkah baru untuk memperkuat identitas dan posisi tawar mereka di era “Jakarta Kota Global”. Salah satunya melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang digelar oleh DPP Permata MHT di Hotel Mega Anggrek, Kemanggisan, Jakarta Barat, pada Sabtu (25/10/2025).
Kegiatan yang diikuti sekitar 200 peserta ini menghadirkan berbagai narasumber, antara lain dari Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Badan Kesbangpol, serta praktisi dan ilmuwan kebudayaan Dr. Rasminto, Direktur Eksekutif Human Studies Institute (HSI). Diskusi dipandu oleh mantan jurnalis televisi, H.Yusron Sjarief.

FGD ini menjadi momentum penting bagi masyarakat Betawi untuk menyiapkan diri menghadapi perubahan status Jakarta, dengan fokus pada revisi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pelestarian Budaya Betawi, serta pembentukan Lembaga Adat Betawi sebagai wadah pelestarian nilai dan tradisi lokal.
Perkuat Identitas Betawi di Era Jakarta Kota Global
Dalam sambutannya, Ketua Harian DPP Permata MHT H.M. Nuh menegaskan bahwa forum ini merupakan langkah strategis dalam menjaga eksistensi budaya Betawi di tengah arus modernisasi Jakarta.
“Budaya Betawi merupakan identitas asli Jakarta sekaligus warisan budaya bangsa yang harus dijaga, dilestarikan, dan dikembangkan agar tidak punah ditelan waktu,” ujar HM Nuh, saat membuka acara.
Menurutnya, perubahan status Jakarta dari Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) menjadi Daerah Khusus Jakarta (DKJ) menuntut adanya penyesuaian kebijakan, termasuk revisi Perda yang sudah berusia satu dekade agar selaras dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
“FGD ini diharapkan melahirkan gagasan konkret yang bisa menjadi bahan resmi dalam proses revisi perda, sekaligus pijakan pembentukan lembaga adat Betawi,” tambahnya.
Dinas Kebudayaan: Jakarta Global Harus Tetap Berakar
Mewakili Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Puspla Dirjaya menekankan bahwa visi Jakarta Kota Global tidak boleh memisahkan diri dari akar budaya lokal.
“Jakarta kota global dan pusat perekonomian dunia yang berkelanjutan harus tetap berbudaya. Di sinilah peran pelestarian seni dan budaya, termasuk Betawi, menjadi sangat penting,” kata Puspla.

Ia menjelaskan, kebijakan Pemprov Jakarta saat ini diarahkan untuk mendukung misi gubernur dan wakil gubernur dalam membangun kota yang modern, responsif, dan berbudaya.
“Kebudayaan tetap menjadi indikator penting, baik dalam aspek ekonomi budaya, ketahanan sosial, hingga ekspresi budaya masyarakat,” ujarnya.
Rasminto: Modernitas Tak Harus Menghapus Tradisi
Sementara itu, Dr. Rasminto, Direktur Eksekutif Human Studies Institute (HSI), menegaskan bahwa konsep kota global justru bisa menjadi sarana penguatan budaya lokal. Ia mencontohkan Jepang sebagai negara maju yang tetap mempertahankan nilai-nilai tradisinya di tengah modernitas.
“Setiap sudut kota di Jepang punya ikon budaya yang hidup, bukan hanya bangunan tapi juga perilaku warganya. Itu yang harus kita tiru, modern tapi berakar,” ungkapnya.
Rasminto meyakini, dengan sinergi antara pemerintah daerah dan masyarakat, Jakarta bisa menjadi kota global yang tidak kehilangan jati diri.
“Kuncinya ada pada kemauan bersama untuk merumuskan arah dan kebijakan yang berpihak pada akar budaya masyarakat lokal,” tegasnya.
Menuju Jakarta yang Modern, Sejahtera, dan Berbudaya
Dalam laporan kegiatannya, Sekjen DPP Permata MHT H. Supli Ali menjelaskan bahwa FGD ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Permata MHT yang dipercaya Dinas Kebudayaan DKI Jakarta untuk menghimpun masukan masyarakat Betawi.
Selain FGD, Permata MHT juga akan menggelar kegiatan konsolidasi Korwil Jakarta Pusat, dan musyawarah daerah menjelang berakhirnya masa kepengurusan periode 2020–2025.

“Insya Allah, November nanti kami akan menggelar Musda untuk melaksanakan pemilihan ketua umum, agar organisasi ini terus membawa masyarakat Betawi maju dan sejahtera,” ujar H.Supli Ali
Ia menambahkan, semangat yang diusung dalam FGD ini sejalan dengan tema besar kegiatan: “Memperkuat Identitas dan Nilai Tawar Masyarakat Betawi Menuju Jakarta Kota Global.”
Dengan terselenggaranya kegiatan ini, diharapkan lahir rumusan kebijakan dan rekomendasi nyata yang tidak hanya menjaga warisan Betawi, tetapi juga menjadikannya kekuatan budaya yang mampu berdiri sejajar dengan peradaban dunia. (hel)












